MENELISIK LEBIH JAUH MENGENAI SEJARAH KOTA LAMA

Kawasan Kota Lama Semarang merupakan kota yang sering mendapat sorotan sebagai salah satu aset pusaka. Kawasan Kota Lama Semarang merupakan peninggalan penjajahan belanda yang mendapat julukan sebagai Little Netherland. Lokasinya yang dikelilingi kanal-kanal dengan bangunan berlanggam eropa menjadikan kawasan ini mirip sebuah kota lainnya yang berada di Belanda. Jika dilihat dari sejarah, kawasan ini merupakan cikal bakal dari pembangunan Kota Semarang dan memiliki luas sekitar ± 31 ha. Pada awalnya kawasan Kota Lama Semarang ini dijadikan sebagai pusat pemerintahan, perkantoran, dan perdagangan. Kawasan ini sangat banyak sekali mempunyai nilai sejarah. Pusat dari kawasan Kota Lama berada di Taman Srigunting, sebuah taman yang terletak di jantung kawasan Kota Lama Semarang. Masa lalu taman ini adalah sebuah lapangan bernama Parade Plein, besar kemungkinan karena acap kali digunakan untuk parade militer karena tidak jauh dari lokasi tersebut terdapat sebuah barak militer. Sebelum menjadi lapangan, taman ini memiliki fungsi sebagai kerkhof atau pemakaman warga eropa, sebelum pada awal abad 19 kerkhof dipindah ke daerah Pengapon 1. Secara umum karakter bangunan di wilayah Kota Lama Semarang mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini dapat dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa, seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, hingga adanya ruang bawah tanah. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah masa lalu, seperti Gereja Blenduk, Gedung Marba, Pasar Johar, Gedung Marabunta, dan masih banyak lagi.

Kota Lama Semarang merupakan bentuk visualisasi kemewahan dan kemegahan arsitektur Eropa di masa lalu. Kota Lama memiliki julukan sebagai Little Netherland yang ada di Indonesia dengan lokasi yang terpisah dengan lanskap mirip dengan kota-kota di Eropa dan dikelilingi kanal-kanal air yang membuat Kota Lama seperti miniatur dari Negeri Kincir Angin tersebut. Tak sedikit titik-titik di Kota Lama yang dapat dijadikan tempat wisata yang bernuansa vintage, seperti Taman Garuda, area perempatan jalan antara Jalan Garuda, Jalan Gelatik, dan Jalan Jendral Soeprapto, Gereja Blenduk, dan masih banyak lagi.

Kawasan Kota Lama tidak hanya menjadi pusat pemerintahan namun juga pusat perdagangan di Kota Semarang pada zaman penjajahan Belanda. Bangunan-bangunan gedung yang berupa bank, gudang penyimpanan, kantor, dan juga bangunan peribadatan merupakan beberapa sisa peninggalan kolonial yang sampai sekarang masih dapat dinikmati. Hampir semua bangunan sisa peninggalan penjajahan masih berdiri kokoh namun tidak terawat dengan baik. Saat ini, sudah mulai dibenahi bangunan-bangunan yang tidak terpakai dan terawat sebagai bangunan komersial berupa kafe, museum, maupun tempat-tempat pameran. Selain bangunan fisiknya, kawasan Kota Lama juga semakin tidak terawat dari sisi kebersihan lingkungan alaminya seperti sungai Mberok yang tampak sangat kumuh dan bau dan bangunan liar yang berada di sekitar bantaran kali. Bangunan-bangunan yang ada di Kota Lama Semarang umumnya milik individu, hal ini menjadikan langkah untuk mengembangkan Kota Lama Semarang menjadi terhambat. Klaim atas kepemilikan lahan ini biasanya didapatkan atas sertifikat turun temurun yang sekarang bangunan-bangunan tersebut kebanyakan dijadikan sebagai gudang penyimpanan barang usaha. Kualitas lingkungan Kota Semarang yang buruk menambah masalah rumit atas pengembangan Kawasan Kota Lama Semarang. Bencana banjir dan rob yang masih sering terjadi wilayah Semarang Utara berdampak kepada Kota Lama. Citra Kota Lama sebagai kawasan yang aman bagi wisatawan sedikit terganggu dengan kondisi lingkungan pada malam hari yang sepi dan kurang penerangan hal ini disebabkan karena kepemilikan atas lahan yang masih milik individu. Bangunan yang ada di Kota Lama, harusnya dapat dimanfaatkan sebagai bangunan yang lebih hidup seperti dengan menjadikannya sebagai peruntukan komersial pada siang hari dan tetap menjadi daya tarik aktivitas hingga malam hari

Sebagai sebuah kota peninggalan kolonial yang penuh sejarah, Kota Lama dapat dijadikan sebagai obyek pariwisata yang unik dengan mengusung nilai sejarah berkembangnya Kota Semarang. Sebagian besar bangunan yang berada di Kota Semarang merupakan peninggalan sejarah masa lalu yang pantas dilestarikan. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah masa lalu, diantaranya yaitu Gereja Blenduk, Gedung Marba, Pasar Johar, Gedung Marabunta, Susteran, Polder, Stasiun Tawang, Jembatan Berok dan masih banyak lagi. Dengan banyaknya bangunan yang memiliki ciri arsitektur Kolonial Belanda sebagai obyek wisata tentu akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan tersebut. (Sukawi, 2008).

Pada hari Jumat, 26 Mei 2023, Kami melakukan perjalanan dari Gunung Pati menuju Museum Kota Lama Semarang yang   terletak di Jl. Cendrawasih No. 1A, Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang dengan menggunakan kendaraan bermotor. Lama perjalanan yang ditempuh untuk menuju ke Museum Kota Lama yaitu ± 27 menit dengan menggunakan sepeda motor dan ± 31 menit jika menggunakan mobil.  Untuk tiket masuk menuju Museum Kota Lama tidak dipungut biaya. Cara untuk masuk Museum Kota Lama hanya dengan melakukan reservasi melalui aplikasi Lunpia. Aplikasi Lunpia sendiri merupakan digital platform yang disediakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) di Kota Semarang yang bertujuan untuk mempermudah para wisatawan lokal maupun internasional yang ingin berkeliling ke Kota Semarang. Museum Kota Lama merupakan museum yang menjelaskan mengenai kejayaan kota lama dan stasiun pertama di Indonesia. Selain itu, pada bangunan Museum Kota Lama terdapat depo kereta zaman Belanda yang masih terdapat sisa bangunnya. Tour guide juga menjelaskan tentang masa kejayaan awal kota yang mulanya pemerintah kolonial Belanda menggunakan sungai sebagai alat transportasi utama. Pada saat itu terdapat kejadian pembantaian orang-orang tionghoa yang sering dikenal sebagai ‘geger pecinan’, sehingga pemerintah Belanda memutuskan membuat benteng kota lama agar orang-orang Belanda tetap aman dari pembantaian itu. Seiring berjalannya waktu, pemerintah Belanda mengambangkan Kota Lama. Sehingga Kota Lama mendapatkan kejayaan dengan menjadi pusat perdagangan di Kota Semarang. Kota Lama juga dibangun mengikuti bangunan di Belanda agar berkesan seperti sedang di negeri sendiri. Puncak kejayaan Kota Lama cukup panjang, hingga pada waktu VOC dibubarkan dan pemerintahan digantikan oleh pemerintahan Belanda. Pada saat kemerdekaan, Kota Lama atau Semarang sendiri belum bergabung kedalam NKRI, karena Semarang baru bergabung dengan NKRI pada tahun 1949 atau dengan kata lain Semarang baru menjadi bagian dari NKRI yaitu 4 tahun setelah kemerdekaan. Pada kawasan Kota Lama banyak ditemukan barang-barang sisa Pemerintahan Belanda seperti keramik, rel, bangunan dan tulang-tulang.

Tidak hanya menjelaskan mengenai sejarah Kota Lama Semarang, tour guide juga memberikan penjelasan bahwa pada masa itu Kota Lama merupakan kota yang modern karena dilihat dari alat transportasinya. Alat transportasi modern pertama di Semarang adalah kereta, bukan hanya pertama di Semarang namun juga di Indonesia kala itu. Stasiun pertama dibangun di dekat pelabuhan tanjung emas. Kemudian pemerintahan belanda membuat trem atau semacam kereta yang digunakan di sekitar kota. Replika trem zaman kolonial belanda juga terdapat di museum kota lama. Seiring berjalannya waktu trem sudah dianggap kuno dan telah tergantikan oleh kendaraan bermotor seperti mobil. Museum kota lama tidak hanya menyajikan sejarah kota lama dan transportasinya, tetapi memberikan pengetahuan yang dikemas secara artistik melalui penempatan gambar dan barang-barang yang tersusun rapi.

Gambar 1 Mengunjungi Museum Kota Lama Semarang

Ditulis oleh : Shabrina Linta Rahmanda, Shella Namira Izzul Arafa, Putri Kinasih, Intan Nursyarifah, Aldin Nurdianing, Metha Zamro Doanye.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these